Bahaya Ular Weling

Bahaya Ular Weling



bungarus fasciatus (welang) dan bungaruscandidus (weling)
kali ini akan membahas tentang dua spesies, serupa tapi tak sama, hanya saja kedua spesies ini memiliki kesamaan mutlak yaitu..., keduanya berbahaya & mematikan.

welang (kuning hitam) & weling (putih hitam) merupakan ular yang sudah sangat dikenal dan sangat berbahaya karena memiliki bisa neurotoxin yang menyerang sistem jaringan syaraf, bisa ini disuntikkan melalui gigi ular family elapidae pada umumnya yaitu tipe proteroglypha dimana tipe gigi ini memiliki taring bisa panjang dibagian depan rahang atas.

welang & weling sangat dikenal oleh masyarakat yg umumnya memiliki kegiatan yg berkaitan identik dengan daerah persawahan & perkebunan.

kedua ular yg beraktifitas secara terrestrial(didarat) & nokturnal (malam hari) ini tidak jarang menghampiri objek2 terang yg menghasilkan cahaya di malam hari, seperti lampu senter, patromak, obor dan alat2 penerang lain, ini dikarenakan ular2 ini ingin mendeteksi sumber cahaya tsb lebih dekat, karena sangat mencolok di tempat yg gelap, selain itu jarak pandang yg sangat baik pada ular-ular suku family elapidae juga menjadi faktor penunjang.

perbedaan kedua ular ini hanya sedikit yaitu:
pada bagian ujung ekor dimana b. fasciata(welang) terlihat tumpul, sedangkan b. candidus(weling) terlihat lancip/meruncing.
warna selingan b. fasciatus(welang) memiliki warna kuning, sedangkan b. candidus memiliki warna putih.

panjang maksimal kedua spesies ini sekitar kurang lebih 1,5m, namun panjang terbesar dari kedua spesies ini jarang ditemui.
kedua spesies ini(welang & weling) mendiami area-area persawahan, perkebunan, tepian dan lantai2 hutan, daerah gunung hingga tepian pantai yg berketinggian sekitar 2300m di atas permukaan laut.
mangsa favoritnya adalah kadal, kodok, katak dan ular2 lain yg lebih kecil dari tubuhnya(kanibal).., sifat kanibal ini adalah sifat umum dari ular suku family elapidae.

penyebaran populasi dari kedua spesies ini adalah sebagai berikut;

1.  b. fasciata(welang)
india, butan, nepal, bangladesh, cina bag selatan termasuk hongkong, hainan dan makao lalu di burma, laos, vietnam, kamboja, semenanjung malaya dan singapura, sementara di indonesia hanya terdapat di mainland seperi sumatera, kalimantan dan jawa.

2. b. candidus(weling)
thailand, singapura, kamboja, vietnam, semenanjung malaya, sementara di indonesia hanya terdapat di pulau jawa, sumatera, bali dan sulawesi.

namun dari beberapa penelitian, ular weling ini diduga memiliki kerabat dekat berbeda spesies yaitu bungarus javanicus (felix kopstein, 1932) yg ditemukan di daerah cirebon dengan corak kekuningan pada sisi bagian bawah tubuh namun setelah menemukan varian yg berbeda lagi yang memiliki corak belang samar pada warna hitamnya di tahun 1938 kopstein mulai meragukan identitas bungarus javanicus ini yg sebelumnya spesies endemik pulau jawa. lalu pada tahun 1994, joseph b. slowinski juga memaparkan argumen keraguan pada tulisannya bahwa sebenarnya spesies bungarus javanicus adalah tetap dalam spesies bungarus candidus yg merupakan tipe warna melanisme dari spesies b candidus pada umumnya.

sedikit berbagi pengalaman pribadi.., kasus gigitan dgn kandungan bisa neurotoxin pernah saya alami beberapa waktu lalu, efek yang saya rasakan pada awalnya adalah hanya terasa linu pada bagian luka yg tertancap taring. untung saja saya tidak segera panik dan berusaha bertahan untuk tetap dalam keadaan sadar(tidak tidur ataupun pingsan), karena dari yg pernah saya ketahui, keadaan panik hanya akan memacu kerja jantung berdetak lebih cepat, sehingga berdampak pada penyebaran infeksi bisa lebih maksimal, selain itu keadaan tidak sadar dapat menenangkan syaraf dan hanya akan memberikan dampak efisien dari bahayanya bisa jenis neurotoxin untuk merusak jaringan syaraf. selama dilarikan ke rumah sakit 1jam diperjalanan, efek berkelanjutan sudah mulai saya rasakan yaitu kelopak mata terasa berat, kepala pusing, agak terasa mual & badan lemas layaknya mabuk, dari keterangan seorang dokter yg menangani saya waktu itu, beliau mengatakan bahwa fase ''mabuk'' ini hampir mencapai fase kritis, apalagi bila saya sudah tidak sadarkan diri, maka kemungkinan ''tidak akan selamat''.kejadian yg pernah saya alami ini tidak membuat saya ''kapok'' bermain dan mengamati sifat, karakter dan gerak gerik ular2 berbisa.., karena kejadian tersebut tidak saya anggap sebagai musibah, mungkin memang karena kecerobohan saya pribadi, namun saya anggap hal tsb adalah cara unik tuhan memberikan saya ajang untuk belajar lebih memahami wawasan ini ular welang & weling memang tampak tenang dan terkesan jinak tidak menyerang pada siang hari, namun akan lebih agresif dan sangat memungkinkan untuk menyerang pada malam hari.

pelajaran yang dapat dipetik dari postingan ini adalah jangan pernah meremehkan spesies fauna walaupun tampak bersahabat.

Share this: